Fkg.umsida.ac.id – Di dunia medis, kemajuan teknologi regenerasi jaringan terus berkembang.
Namun siapa sangka, salah satu bahan potensial untuk regenerasi jaringan justru berasal dari sesuatu yang selama ini dianggap limbah medis: membran amnion.
Menurut riset kolaboratif yang dilakukan pada bulan Juni 2024 oleh drg Dwi Wahyu Indrawati MKes SpPerio, dosen Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida).
Riset ini dilakukan bersama dengan Prof Dr drg Chiquita Prahasanti SpPerio(K) dan Prof Dr drg Ernie Maduratna Setyawatie SpPerio(K) dari Universitas Airlangga, dunia kedokteran gigi kini semakin dekat dengan solusi penyembuhan jaringan yang lebih efisien dan terjangkau.
Limbah Persalinan yang Menjadi Solusi Regenerasi

Membran amnion merupakan lapisan terdalam dari plasenta yang secara alami terbuang setelah proses persalinan. Namun, di balik sifatnya yang tampak sederhana, jaringan ini ternyata mengandung segudang manfaat biologis.
Kaya akan protein, kolagen, dan berbagai faktor pertumbuhan seperti EGF, FGF, KGF, dan TGF, membran amnion memiliki kemampuan untuk mempercepat penyembuhan luka dan merangsang pertumbuhan jaringan baru.
Dalam praktik kedokteran gigi, terutama dalam bidang periodontologi yang menangani kerusakan jaringan penyangga gigi akibat infeksi atau trauma, kebutuhan akan bahan biomaterial yang efektif dan tidak menimbulkan reaksi imun menjadi sangat penting.
Sayangnya, bahan-bahan regeneratif yang tersedia di pasaran umumnya mahal, terbatas, dan tidak semua klinik memiliki akses mudah terhadapnya.
Di sinilah riset dari tim peneliti ini menjadi relevan. Mereka melihat peluang besar dari pemanfaatan amnion sebagai scaffold alami yang aman, terjangkau, dan bisa diakses dari sumber daya dalam negeri.
Freeze-Dried Amnion Buktikan Daya Regeneratif Lebih Baik

Penelitian ini dilakukan melalui uji laboratorium menggunakan sel fibroblast BHK21, yang biasa digunakan untuk menilai kemampuan regeneratif dalam jaringan. Sel fibroblast memiliki peran penting dalam penyembuhan luka karena mampu membentuk kolagen dan komponen matriks ekstraseluler lainnya.
Tim peneliti membandingkan dua jenis membran amnion: yang segar dan yang telah diawetkan melalui metode freeze-dried (pengeringan beku). Hasilnya sangat signifikan.
Viabilitas sel fibroblast pada membran amnion freeze-dried jauh lebih tinggi dibandingkan dengan membran segar.
Ini menunjukkan bahwa proses pengawetan dengan metode freeze-dried tidak merusak struktur biologis membran, justru membuatnya lebih praktis digunakan dan tetap mempertahankan fungsinya.
Selain itu, membran kering-beku tidak memerlukan serangkaian tes serologis yang rumit seperti pada jaringan segar, dan dapat disimpan lebih lama tanpa khawatir mengalami pembusukan.
Hal ini membuatnya sangat cocok untuk digunakan di klinik-klinik gigi, bahkan di wilayah dengan keterbatasan fasilitas.
Baca Juga: Peran Aktif FKG Umsida Kepada Para Lansia, Edukasi Kesehatan Gigi di Usia Senja
Inovasi Biomaterial Lokal untuk Masa Depan Perawatan Gigi

Keunggulan biologis membran amnion, seperti sifat anti-inflamasi, anti-bakteri, anti-angiogenesis, serta kemampuannya mempercepat reepitelisasi luka, menjadikannya kandidat biomaterial unggulan untuk prosedur regeneratif di bidang kedokteran gigi.
Tidak hanya itu, amnion juga bersifat non-imunogenik sehingga tidak menimbulkan penolakan oleh tubuh pasien.
Menurut drg Dwi Wahyu Indrawati, potensi ini merupakan peluang besar bagi dunia kedokteran Indonesia untuk tidak hanya menjadi pengguna teknologi medis, tetapi juga pengembangnya. “Jika sumber daya seperti amnion bisa dimanfaatkan dengan standar yang tepat, maka kita bisa mandiri dalam menyediakan bahan biomaterial berkualitas untuk kebutuhan klinis,” ujarnya.
Tak hanya berhenti pada temuan ilmiah, riset ini juga bisa menjadi titik awal pembentukan bank jaringan nasional yang mengelola dan mendistribusikan membran amnion hasil pengolahan dari rumah sakit bersalin.
Dengan begitu, tidak hanya klinik-klinik besar yang dapat mengakses teknologi ini, tetapi juga praktik mandiri atau layanan kesehatan di daerah.
Prof Chiquita dan Prof Ernie, yang berpengalaman dalam riset periodontologi, menambahkan bahwa riset ini merupakan bukti bagaimana inovasi berbasis sumber daya lokal dapat menjadi solusi kesehatan global.
Lihat Juga: Benarkah Pasta Gigi Berfluoride Berbahaya untuk Anak? Ini Fakta Medisnya
Dengan pendekatan yang tepat, pemanfaatan membran amnion bisa menjadi standar baru dalam terapi regenerasi jaringan periodontal.
Membran amnion telah membuktikan dirinya bukan sekadar jaringan sisa persalinan.
Lewat tangan para peneliti dari FKG Umsida dan Universitas Airlangga, jaringan ini berubah menjadi harapan baru dalam dunia kedokteran gigi regeneratif.
Inovasi ini tidak hanya membawa solusi bagi pasien, tetapi juga membuka ruang pengembangan teknologi kesehatan berbasis potensi dalam negeri.
Dengan riset berkelanjutan dan dukungan kebijakan yang tepat, tidak mustahil Indonesia akan menjadi pelopor dalam pemanfaatan biomaterial amnion di tingkat global.
Penulis: Elfira Armilia