Fkg.umsida.ac.id – Kesehatan gusi bukan hanya persoalan estetika atau mulut semata, tetapi menyangkut keselamatan tubuh secara keseluruhan.
Begitu pesan tegas yang disampaikan oleh drg Novita Pratiwi SpPerio, dosen Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) dalam wawancara terbarunya.
Sebagai seorang periodontis, ia menyoroti pentingnya edukasi sejak dini, utamanya kepada kalangan remaja dan ibu hamil yang memiliki risiko tinggi terhadap gangguan gusi.
Tips Menjaga Gusi Sejak Dini: Fokus pada Nutrisi dan Kebersihan

Menurut drg Novita, menjaga kesehatan gusi tidak cukup hanya dengan menyikat gigi dua kali sehari. Diperlukan pola hidup dan kebiasaan sehat yang dimulai sejak dini.
“Remaja perlu banyak konsumsi vitamin, terutama vitamin B dan C, karena kedua vitamin ini sangat berperan dalam memperkuat jaringan gusi,” jelasnya.
Vitamin C, misalnya, dikenal mampu mempercepat regenerasi jaringan dan meningkatkan kekebalan tubuh terhadap infeksi. Sementara vitamin B kompleks, khususnya B2 (riboflavin) dan B3 (niasin), membantu memperbaiki kerusakan jaringan lunak di sekitar gigi.
Tak kalah penting adalah menjaga kebersihan mulut secara konsisten. “Jangan biarkan plak menumpuk hingga menjadi karang gigi (calculus). Plak yang tidak dibersihkan dapat mengeras dan menjadi tempat berkembangnya bakteri penyebab gingivitis bahkan periodontitis,” ungkap drg Novita.
Bagi ibu hamil, risiko radang gusi bisa meningkat akibat perubahan hormonal. Oleh sebab itu, pemeriksaan rutin ke dokter gigi sangat disarankan, minimal satu kali setiap trimester.
“Kesehatan mulut ibu sangat berkaitan erat dengan kondisi janin. Infeksi gusi yang tidak tertangani bisa meningkatkan risiko kelahiran prematur,” tambahnya.
Baca Juga: Bagaimana Jika Dokter Umum Menangani Operasi Caesar?
Harapan Lima Tahun ke Depan: Masyarakat Lebih Peduli Gigi dan Gusi

Saat ditanya mengenai harapannya terhadap masyarakat Indonesia, drg Novita berharap terjadi perubahan pola pikir terhadap pentingnya kesehatan gusi dalam lima tahun ke depan.
“Saya berharap kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan gigi dan gusi bisa meningkat secara signifikan. Bukan hanya datang ke dokter saat sakit, tapi juga untuk pencegahan,” ujarnya.
Ia menyayangkan bahwa masih banyak orang Indonesia yang menganggap gusi berdarah atau nyeri ringan di gusi sebagai hal biasa. Padahal, gangguan tersebut bisa menjadi awal dari penyakit periodontal yang lebih serius dan berbiaya mahal jika dibiarkan.
Melalui berbagai program pengabdian masyarakat, seminar, dan kolaborasi dengan lembaga pendidikan, drg Novita dan tim FKG Umsida berkomitmen untuk terus menyebarkan edukasi tentang pentingnya menjaga gusi sehat sejak dini.
“Anak-anak sekolah, remaja, ibu hamil, bahkan lansia perlu diberikan pemahaman yang tepat tentang kesehatan periodontal,” ujarnya.
Pesan Penting: Radang Gusi Bisa Sebabkan Serangan Jantung
Salah satu pesan terpenting yang ingin disampaikan drg Novita kepada masyarakat adalah bahwa radang gusi tidak hanya berpengaruh di mulut, tapi bisa memicu masalah serius di organ tubuh lain. Ia menjelaskan bahwa bakteri penyebab gingivitis dapat menyebar ke pembuluh darah dan menyebabkan komplikasi.
“Bakteri dari gusi yang meradang bisa masuk ke dalam sirkulasi darah dan memicu terbentuknya gumpalan darah kecil. Penumpukan gumpalan ini bisa menghalangi aliran darah ke jantung dan otak, meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke,” paparnya.
Fakta medis ini sudah banyak dibuktikan melalui penelitian ilmiah di bidang kedokteran gigi dan kardiologi. Oleh karena itu, menurutnya, menjaga gusi bukan hanya soal senyum indah, tetapi juga bagian dari menjaga jantung tetap sehat.
Ia mengajak masyarakat untuk tidak lagi memisahkan antara kesehatan mulut dan kesehatan tubuh secara keseluruhan. “Gusi kita bisa jadi ‘alarm’ tubuh. Kalau gusinya bermasalah, bisa jadi itu sinyal awal ada yang salah di dalam tubuh,” katanya.
Lihat Juga: Turut Hadir di Baksos,Dosen FKG Umsida Tebar Senyum Lewat Gigi Palsu Gratis
Kesadaran masyarakat terhadap kesehatan gusi perlu ditumbuhkan melalui pendekatan yang sistematis dan berkelanjutan.
Peran dokter gigi, tenaga pendidik, dan keluarga sangat penting dalam menciptakan budaya sadar gusi sehat di tengah masyarakat.
Dengan konsumsi nutrisi yang seimbang, praktik kebersihan mulut yang benar, serta pemeriksaan rutin, risiko gingivitis dan komplikasinya bisa ditekan.
drg Novita berharap dalam lima tahun mendatang, edukasi mengenai pentingnya gusi akan menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup sehat masyarakat Indonesia. “Mulut sehat, gusi kuat, hidup pun lebih bugar,” pungkasnya.
Penulis: Elfira Armilia