Fkg.umsida.ac.id – Pernahkah Anda merasakan mulut terasa kering, lidah lengket, bibir pecah-pecah, atau bahkan tenggorokan terasa gatal saat menjalani aktivitas sehari-hari?
Kondisi ini dikenal sebagai mulut kering atau xerostomia. Meski terdengar sepele, mulut kering sebenarnya bisa sangat mengganggu kenyamanan, terutama saat makan, minum, atau berbicara. Tidak jarang, rasa tidak nyaman ini bisa membuat seseorang kehilangan selera makan, merasa mudah lelah, atau bahkan sulit tidur.
Air liur memiliki peran penting yang sering luput dari perhatian. Selain membantu proses mengunyah dan menelan makanan, air liur berfungsi mencegah gigi berlubang, menjaga kebersihan rongga mulut, melawan bakteri, serta membuat mulut tetap lembap. Ketika produksi air liur berkurang, berbagai gejala yang mengganggu pun muncul. Jika kondisi ini berlangsung lama, risiko gangguan kesehatan mulut, seperti radang gusi, infeksi jamur, dan kerusakan gigi, pun meningkat.
Mengapa Mulut Bisa Kering?
Mulut kering terjadi ketika kelenjar air liur tidak memproduksi cukup air liur. Ada banyak faktor yang bisa menjadi penyebab, dan beberapa di antaranya cukup umum terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dehidrasi, misalnya akibat diare, muntah, atau berkeringat berlebihan, dapat langsung membuat mulut terasa kering. Selain itu, kebiasaan bernapas lewat mulut, baik karena hidung tersumbat atau saat tidur mendengkur, juga bisa mengurangi kelembapan mulut.
Stres dan rasa cemas turut berperan memicu kondisi ini. Bahkan proses penuaan alami sering membuat lansia lebih rentan mengalami mulut kering, karena mereka cenderung mengalami kekurangan gizi atau memiliki penyakit kronis yang memengaruhi produksi air liur.
Efek samping obat-obatan tertentu juga menjadi penyebab umum. Antihistamin, diuretik, antidepresan, relaksan otot, hingga obat pereda nyeri bisa mengurangi produksi air liur, sehingga mulut terasa kering. Kebiasaan merokok, mengunyah tembakau, atau konsumsi alkohol juga memperburuk kondisi ini.
Selain itu, kondisi medis tertentu seperti diabetes, anemia, hipertensi, sindrom Sjögren, HIV/AIDS, stroke, atau terapi medis seperti kemoterapi dan radioterapi di bagian kepala dan leher juga dapat memicu xerostomia. Dengan memahami berbagai penyebab ini, kita bisa lebih cepat melakukan langkah pencegahan dan perawatan yang tepat.
Cek Juga: FKG Umsida Bawa Layanan Kesehatan Gigi Anak Lebih Dekat dengan Dental Clinic Mobile
Gejala yang Sering Muncul dan Risiko Komplikasi

Mulut kering tidak hanya membuat lidah lengket atau bibir pecah-pecah. Banyak gejala lain yang bisa muncul, mulai dari rasa haus yang terus-menerus, suara serak, hingga bau mulut yang sulit hilang. Beberapa orang mungkin juga merasakan lidah terasa pahit atau lidah kering tampak kemerahan dan kasar. Bahkan langit-langit mulut dan tenggorokan bisa terasa gatal atau panas, membuat aktivitas makan dan berbicara menjadi kurang nyaman.
Jika kondisi ini tidak ditangani dengan baik, mulut kering dapat menimbulkan komplikasi serius. Gigi berlubang, penyakit gusi, infeksi jamur, hingga sariawan bisa muncul secara bertahap. Kesulitan mengunyah dan menelan makanan juga bisa terjadi, bahkan pemasangan gigi palsu menjadi lebih menantang. Karena itu, penting untuk segera melakukan pemeriksaan ke dokter bila gejala berlangsung lama atau semakin parah.
Proses diagnosis biasanya dimulai dari tanya jawab mengenai gejala, riwayat kesehatan, dan obat-obatan yang dikonsumsi. Pemeriksaan mulut pun dilakukan untuk menilai kondisi kelenjar air liur. Dokter juga bisa melakukan tes tambahan seperti tes darah, tes produksi air liur, biopsi kelenjar ludah, atau pemindaian dengan CT scan dan MRI, terutama jika dicurigai adanya gangguan pada kelenjar air liur.
Baca Juga: Mengatasi Gigi Goyang dengan Splinting Gigi: Manfaat dan Cara Kerjanya
Cara Mengatasi dan Mencegah Mulut Kering

Untungnya, ada banyak cara sederhana yang bisa dilakukan untuk mengatasi mulut kering. Minum air putih secara rutin, mengunyah permen karet bebas gula, atau mengulum es batu bisa merangsang produksi air liur secara alami. Obat kumur yang mengandung xylitol juga bermanfaat menjaga kelembapan mulut dan membasmi bakteri penyebab bau.
Jika upaya sederhana belum cukup, dokter dapat memberikan penanganan lebih lanjut. Beberapa opsi meliputi pemberian air liur buatan, obat pilocarpine untuk merangsang kelenjar saliva, fluoride oles untuk mencegah gigi berlubang, atau penyesuaian obat-obatan yang menjadi penyebab mulut kering.
Pencegahan juga sangat penting dilakukan. Menghentikan kebiasaan merokok, membatasi konsumsi alkohol dan kafein, menggunakan pelembap udara di kamar tidur, serta rutin mengoleskan pelembap bibir dapat membantu menjaga kelembapan mulut. Selain itu, menjaga kebersihan mulut dengan sikat gigi dan obat kumur yang tepat, serta pemeriksaan rutin ke dokter gigi minimal dua kali setahun, sangat dianjurkan untuk mencegah komplikasi.
Dengan perhatian yang tepat terhadap gaya hidup, pola makan, dan kebiasaan sehari-hari, mulut kering bisa dikendalikan. Hasilnya, kita tetap nyaman makan, minum, berbicara, dan menjaga kesehatan gigi serta mulut dalam jangka panjang.
Penulis: Elfira Armilia