Pertumbuhan Gigi Anak yang Normal dan Tanda Bahaya Menurut Dosen FKG Umsida

Fkg.umsida.ac.id – Pertumbuhan gigi anak tidak hanya sekadar momen tumbuh gigi susu dan bergantinya dengan gigi tetap. Di balik proses itu, ada peran penting orang tua dalam memantau, menjaga, dan memastikan kesehatan gigi anak berkembang sebagaimana mestinya.

drg Rizqi Aulia Kusuma Andini SpKGA, Sekretaris Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo( FKG Umsida) sekaligus dokter gigi spesialis anak. drg Rizqi atau yang lebih akrab dipanggil drg kiki ini menjelaskan bahwa gigi susu pertama umumnya tumbuh saat bayi berusia sekitar 6 bulan, dimulai dari dua gigi seri bawah.

Setelah itu, gigi akan tumbuh secara bertahap, hingga jumlahnya lengkap menjadi 20 gigi susu pada usia 2,5 sampai 3 tahun. Memasuki usia 6 tahun, anak mulai memasuki fase pergantian gigi. Pada fase ini, gigi permanen pertama (molar satu) akan tumbuh tanpa didahului tanggalnya gigi susu, sehingga sering kali tidak disadari bahwa itu adalah gigi tetap yang harus dirawat seumur hidup.

“Fase-fase ini normal, tapi bisa jadi berbeda antar anak. Yang penting, orang tua harus tahu kapan waktunya waspada,” ujar drg Rizqi.

Tanda Pertumbuhan Gigi Anak yang Perlu Diwaspadai

Menurut drg.Rizqi, tidak semua kondisi tumbuh gigi menunjukkan perkembangan yang sehat. Ada sejumlah indikasi yang perlu diperhatikan orang tua sebagai sinyal untuk segera berkonsultasi ke dokter gigi:

  • Gigi belum tumbuh sama sekali hingga usia 1 tahun.

  • Anak mengalami gejala ekstrem saat tumbuh gigi, seperti demam tinggi atau rewel terus-menerus.

  • Gigi tampak tumbuh berdesakan, bertumpuk, atau tidak beraturan.

  • Gigi tetap tumbuh sebelum gigi susu tanggal.

  • Ditemukan warna kecokelatan, lubang, atau gigi patah pada gigi susu.

“Gigi susu yang rusak atau tidak tumbuh dengan baik bisa memengaruhi tumbuhnya gigi permanen. Kalau dibiarkan, risikonya bisa ke arah maloklusi, gigi impaksi, atau masalah estetik dan bicara,” jelasnya.

Oleh karena itu, ia mendorong orang tua untuk lebih peka terhadap kondisi mulut dan gigi anak, bahkan saat tidak ada keluhan yang dirasakan si kecil.

Baca Juga: Kisah Wisudawan Umsida, dari Korban Peluru Nyasar Hingga Prestasi, Double Degree, dan Karir Menjanjikan

Evaluasi Rutin Setiap Enam Bulan Sangat Dianjurkan

Dalam praktiknya sebagai dokter gigi anak, drg Rizqi menganjurkan pemeriksaan rutin setiap 6 bulan. Pemeriksaan ini bukan hanya sekadar membersihkan gigi atau menambal gigi berlubang, melainkan juga untuk memantau pertumbuhan dan posisi gigi permanen, mengevaluasi bentuk gigitan (oklusi), dan mendeteksi masalah ortodontik sejak dini.

“Kalau ada gigi susu yang menghalangi tumbuhnya gigi tetap, kita bisa lakukan tindakan seperti pencabutan selektif. Kita juga bisa memberikan pit & fissure sealant pada gigi geraham tetap agar tidak mudah berlubang,” ungkapnya.

Selain itu, dokter gigi anak juga akan menilai apakah anak sudah siap menjalani perawatan ortodonti (behel) atau perlu dirujuk ke dokter ortodontis. Jika diperlukan, dokter akan melakukan pemeriksaan radiografi (rontgen) untuk melihat posisi gigi yang belum tumbuh.

Semua langkah ini bertujuan untuk mencegah masalah yang lebih serius di kemudian hari, sekaligus membangun kesadaran anak dan orang tua tentang pentingnya perawatan gigi jangka panjang.

Cek Juga: Pelayanan Kesehatan Gigi & Psikoedukasi untuk Lansia: FKG UMSIDA Turut Andil di Desa Boro

Gigi Susu Menjadi Fondasi Senyum Sehat Anak

Banyak orang tua menganggap bahwa gigi susu tidak perlu dirawat secara serius karena nantinya akan tanggal juga. Padahal menurut drg Rizqi, anggapan tersebut keliru. “Gigi susu adalah penuntun tumbuhnya gigi tetap, dan sangat berperan dalam perkembangan rahang, bicara, kemampuan mengunyah, bahkan rasa percaya diri anak,” tegasnya.

Gigi susu yang rusak dapat menyebabkan gigi tetap tumbuh miring, keluar dari jalur, atau bahkan tidak tumbuh sama sekali. Selain itu, rasa nyeri akibat gigi berlubang juga bisa membuat anak malas makan, sulit tidur, hingga mengganggu aktivitas belajar.

“Jangan tunggu anak mengeluh sakit. Lebih baik periksa rutin dan ajarkan kebiasaan menyikat gigi sejak dini. Anak yang giginya sehat akan lebih mudah tersenyum, tumbuh bahagia, dan percaya diri di lingkungan sosial,” ujarnya diakhir wawancara online.

Sebagai pesan penutup, drg Rizqi menegaskan bahwa membangun kesadaran menjaga gigi sejak dini bukan hanya tugas dokter, tetapi kolaborasi antara orang tua dan tenaga medis. Dengan kebiasaan baik yang ditanamkan sejak kecil, anak akan tumbuh menjadi generasi yang lebih sadar akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut.

Penulis: Elfira Armilia