Fkg.umsida.ac.id – Sebagai orang tua, memastikan anak tumbuh sehat dan ceria adalah prioritas utama. Salah satu aspek yang sering luput dari perhatian adalah kesehatan gigi dan mulut sejak usia dini.
Di tengah semangat orang tua memberikan perawatan terbaik, muncul pertanyaan krusial: apakah penggunaan pasta gigi berfluoride aman untuk anak-anak?
Isu ini menjadi perdebatan hangat, terutama karena banyaknya informasi simpang siur di media sosial yang menyebut bahwa fluoride dapat membahayakan anak jika tertelan, menyebabkan fluorosis, bahkan dikaitkan dengan gangguan kesehatan lainnya. Akibatnya, tak sedikit orang tua yang memilih pasta gigi tanpa fluoride untuk anak, tanpa benar-benar memahami risiko dan manfaat dari kandungan tersebut.
Padahal, menurut para ahli kesehatan gigi anak, fluoride justru merupakan benteng pertahanan utama melawan karies (gigi berlubang), salah satu penyakit gigi paling umum pada anak-anak di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa lebih dari 90% anak usia sekolah mengalami masalah gigi berlubang.
Lantas, bagaimana sebenarnya fakta medis terkait penggunaan fluoride? Apakah benar fluoride membahayakan anak, atau ini hanyalah mitos yang berkembang akibat kurangnya edukasi? Artikel ini akan menjawab kebingungan tersebut secara ilmiah dan menyajikan panduan praktis untuk orang tua dalam memilih produk perawatan gigi anak.
Baca Juga:Pakar Umsida Komentari Kebijakan Konsesi Hutan: 4 Dampak Ini Sangat Serius!
Pasta Gigi Fluoride: Sahabat Gigi Anak, Bukan Musuh

Fluoride adalah mineral alami yang ditemukan di air, tanah, dan beberapa makanan. Dalam dunia kedokteran gigi, fluoride telah lama digunakan karena kemampuannya untuk memperkuat enamel gigi dan melindungi dari kerusakan akibat asam dan bakteri penyebab gigi berlubang. Penggunaannya telah terbukti efektif secara global, termasuk di negara-negara maju yang sudah menerapkan program fluoridasi air minum secara nasional.
Menurut pendapat dokter spesialis anak, dalam pasta gigi anak bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, melainkan justru sangat dianjurkan penggunaannya dalam dosis tepat. Risiko fluorosis yakni perubahan warna atau bercak putih pada gigi tetap yang belum tumbuh memang ada, tetapi sangat kecil jika orang tua memahami takaran yang benar dan selalu mengawasi anak saat menyikat gigi.
Perlu dicatat bahwa fluoride dalam pasta gigi bukan untuk ditelan. Oleh karena itu, pendampingan menyikat gigi sejak bayi hingga anak berusia sekitar 6 tahun sangat penting agar mereka terbiasa meludah dan tidak menelan pasta gigi.
Dosis Pata Gigi Fluoride yang Aman dan Efektif Sesuai Usia Anak

Untuk memberikan perlindungan optimal dan menghindari risiko kelebihan fluoride, orang tua perlu memperhatikan takaran pasta gigi yang digunakan berdasarkan usia anak:
- Usia 0–3 tahun: gunakan pasta gigi berfluoride sebesar sebutir beras.
- Usia 3–6 tahun: gunakan sebanyak sebiji jagung.
- Usia di atas 6 tahun: boleh menggunakan takaran seperti orang dewasa, asalkan sudah mampu berkumur dan tidak menelan.
Takaran ini cukup untuk memberikan manfaat perlindungan terhadap karies tanpa meningkatkan risiko fluorosis. Produk pasta gigi anak biasanya mengandung fluoride antara 500–1000 ppm (parts per million), sedangkan pasta gigi dewasa bisa mencapai 1450 ppm. Karena itu, penggunaan pasta gigi dewasa untuk anak sebaiknya dihindari.
Kebiasaan menyikat gigi dua kali sehari—pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur—dengan teknik yang benar dan jumlah fluoride yang sesuai, akan membantu menjaga gigi anak tetap sehat hingga dewasa.
Lihat Juga: Tak Perlu Mahal, Berikut Cara Dapat Gigi Palsu Bersubsidi dari BPJS Kesehatan
Mitos vs Fakta: Saatnya Orang Tua Lebih Cerdas Menyaring Informasi

Salah satu penyebab ketakutan terhadap fluoride adalah kurangnya pemahaman ilmiah dan maraknya hoaks kesehatan di internet. Beberapa narasi bahkan menyebut fluoride sebagai racun yang membahayakan otak, menyebabkan gangguan perkembangan, hingga kanker. Padahal, pernyataan tersebut tidak didukung bukti ilmiah yang valid, apalagi jika yang dibicarakan adalah fluoride dalam jumlah kecil seperti yang terkandung dalam pasta gigi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), American Dental Association (ADA), hingga Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) sama-sama merekomendasikan penggunaan fluoride sebagai bagian penting dari perawatan gigi anak.
Sebaliknya, memilih pasta gigi tanpa fluoride justru berisiko tinggi meningkatkan kasus gigi berlubang. Anak-anak dengan karies aktif lebih rentan mengalami gangguan makan, sulit tidur, hingga infeksi serius yang memerlukan perawatan medis.
Edukasi kepada orang tua perlu terus digalakkan, baik melalui kunjungan ke dokter gigi, kampanye kesehatan sekolah, maupun informasi terpercaya di media. Semakin dini pemahaman ini dibangun, semakin besar pula peluang anak tumbuh dengan gigi sehat dan senyum percaya diri.
Penggunaan pasta gigi berfluoride tidak berbahaya bagi anak selama digunakan sesuai petunjuk usia dan takarannya. Fluoride justru merupakan perlindungan utama terhadap gigi berlubang, yang masih menjadi masalah serius bagi anak-anak di Indonesia. Kuncinya adalah pendampingan orang tua, edukasi yang berkelanjutan, dan pemilihan produk yang tepat.
Jangan biarkan mitos menghalangi anak Anda memiliki gigi sehat. Konsultasikan selalu dengan dokter gigi anak dan pastikan perawatan gigi si kecil dimulai dari rumah, dengan senyum, cinta, dan informasi yang benar.
Penulis: Elfira Armilia