Fkg.umsida.ac.id – Tren estetika gigi seperti veneer dan bleaching kian diminati masyarakat. Gigi putih, rapi, dan senyum menawan kini dianggap sebagai simbol kepercayaan diri dan penampilan menarik. Namun, bagaimana dokter gigi menanggapi tren ini? Apakah hanya sekadar mengikuti gaya hidup, ataukah memiliki dasar kebutuhan medis?
Menurut penelitian oleh drg Marisa Elvi Dayanti SpKG, Ketua Program Studi Profesi Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), meningkatnya permintaan prosedur seperti veneer dan bleaching menunjukkan bahwa masyarakat kini lebih sadar terhadap pentingnya penampilan gigi baik dari segi warna, bentuk, hingga estetika senyum.
Ini merupakan kemajuan positif dalam kesadaran akan kebersihan dan penampilan mulut.
Baca Juga :Kanker Serviks Bisa Dicegah Lebih Dini, Jangan Abaikan!
Namun demikian, tidak semua orang secara medis membutuhkan prosedur ini. “Setiap pasien harus menjalani tahapan konsultasi terlebih dahulu untuk menilai apakah tindakan seperti veneer dan bleaching memang sesuai dengan kondisi giginya,” ujarnya.
Meskipun terlihat aman dan umum dilakukan, tetap ada indikasi dan kontraindikasi yang harus diperhatikan.
Misalnya, pada pasien dengan gigi sensitif atau enamel yang sangat tipis, prosedur ini mungkin tidak dianjurkan. Sebaliknya, jika dilakukan pada gigi dengan kondisi ideal dan berdasarkan anjuran dokter, hasil estetika bisa maksimal tanpa menimbulkan risiko jangka panjang.
Antara Gaya Hidup dan Indikasi Medis

Maraknya tren estetika gigi saat ini tidak bisa dilepaskan dari pengaruh media sosial. Senyum cerah selebritas dan influencer menjadi inspirasi banyak orang. Namun, apakah prosedur ini didorong oleh kebutuhan medis atau sekadar ikut-ikutan?
“Perkembangan media sosial memang sangat besar pengaruhnya dalam membentuk persepsi masyarakat terhadap penampilan tetapi ini bisa menjadi pintu masuk yang baik untuk meningkatkan awareness terhadap kesehatan gigi.” ujar dokter Marisa.
beliau menyatakan bahwa masyarakat tetap perlu mendatangi dokter gigi spesialis konservasi gigi atau spesialis lain yang sesuai, untuk mendapatkan penilaian objektif.
Saran beliau sebelum melakukan veneer, pasien perlu menjalani perawatan ortodontik terlebih dahulu agar susunan gigi menjadi ideal.
Bahkan, beberapa kasus memerlukan tindakan gingivektomi (pemotongan gusi) dari spesialis periodonsia agar hasil estetikanya lebih proporsional.
Efek Samping Veneer dan Permintaan Berdasarkan Usia serta Gender
Ketika ditanya mengenai efek jangka panjang dari prosedur estetika gigi, dokter menjelaskan bahwa selama dilakukan dengan indikasi yang tepat dan pasien rutin melakukan kontrol ke dokter gigi, maka prosedur veneer dan bleaching relatif aman.
“Tidak ada efek berarti jika dilakukan dengan benar. Kontrol berkala dan pemeliharaan oral hygiene sangat menentukan keberhasilan prosedur jangka panjang,” jelasnya.
Mengenai profil pasien yang paling banyak melakukan prosedur ini, ternyata dominasi masih ada pada wanita.
Namun, pria pun mulai mengikuti tren ini, terutama mereka yang bekerja di bidang yang menuntut penampilan prima, seperti presenter, sales, dan public figure.
Jadi, kebutuhan estetika ini tidak lagi eksklusif milik satu gender.
Tips Memilih Klinik Estetika Gigi yang Tepat
Lihat Juga : FKG Umsida melaksanakan Bimbingan Teknis Bersama FKG Unair, untuk Menciptakan Kurikulum Unggul
Satu hal yang penting untuk diperhatikan oleh masyarakat adalah memilih klinik gigi atau dokter gigi yang benar-benar berkompeten. Menurut drg Marisa Elvi Dayanti SpKG, pasien harus memastikan bahwa prosedur dilakukan oleh dokter gigi spesialis dan bukan sekadar klinik kecantikan biasa.
“Konsultasilah terlebih dahulu kepada SpKG atau SpOrt jika berkaitan dengan perataan gigi, atau SpPerio bila perlu perawatan jaringan lunak,” ungkapnya.
Konsultasi ini penting karena akan memberikan rekomendasi personal yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kondisi gigi pasien.
Harapan dan Edukasi Masyarakat Menuju Kesehatan Gigi Berkelanjutan
Edukasi menjadi kunci utama agar masyarakat tidak hanya mengejar tampilan luar, tetapi juga memahami pentingnya aspek kesehatan. Dokter menyarankan agar masyarakat rutin melakukan pemeriksaan gigi minimal setiap 6 bulan sekali.
“Konsultasi rutin akan membantu menjaga kebersihan dan kesehatan mulut. Dari situ, baru bisa ditingkatkan ke arah estetika yang lebih aman dan ideal,” ungkapnya.
Di masa depan, dokter berharap perkembangan teknologi dan inovasi medis akan terus mendukung kemajuan prosedur estetika gigi. Namun, ia menekankan bahwa tren ini sebaiknya tetap berlandaskan indikasi medis yang kuat, bukan sekadar tren sesaat.
“Saya berharap para dokter gigi dapat lebih aktif mengedukasi masyarakat. Tren boleh diikuti, tetapi kesehatan tetap harus menjadi prioritas,” pungkasnya.
Penulis : Elfira Armilia