fkg.umsida.ac.id -Memiliki senyum yang sempurna tidak hanya berpengaruh pada estetika, tetapi juga pada kesehatan mulut secara keseluruhan.
Ketika kehilangan gigi terjadi, salah satu keputusan penting adalah memilih solusi pengganti yakni dengan implan gigi atau gigi palsu (gigi tiruan).
Berdasarkan riset dari drg Reni Puspa Daniati SpPros, dosen Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), kedua opsi ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Artikel ini akan membahas perbandingan implan gigi dan gigi palsu dari berbagai aspek seperti risiko kesehatan, masa pakai, kenyamanan, hingga biaya jangka panjang.
Risiko Kesehatan: Implan Gigi vs Gigi Palsu
Implan gigi dikenal sebagai solusi pengganti gigi yang paling mendekati fungsi dan bentuk gigi alami. Namun, menurut drg Reni Puspa Daniati SpPros, implan tetap memiliki risiko kesehatan tertentu, seperti infeksi lokal (peri-implantitis), kegagalan integrasi implan dengan tulang, hingga potensi kerusakan saraf jika prosedur pemasangan tidak dilakukan dengan benar.
Meski demikian, risiko tersebut dapat diminimalisir dengan prosedur yang tepat, kondisi kesehatan umum pasien yang baik, perawatan optimal, serta kontrol rutin ke dokter gigi.
Sebaliknya, gigi palsu terutama gigi tiruan lepasan juga tidak lepas dari risiko mulai adanya luka, sariawan, penurunan tulang rahang akibat kurangnya stimulasi beban, serta ketidaknyamanan saat berbicara dan mengunyah merupakan beberapa masalah umum yang dapat timbul. Oleh karena itu, pemilihan jenis pengganti gigi harus mempertimbangkan kondisi mulut pasien secara menyeluruh.
Masa Pakai: Implan Gigi Lebih Tahan Lama
Dalam hal ketahanan, implan gigi menunjukkan keunggulan yang signifikan. Riset dari drg Reni Puspa Daniati SpPros, menunjukkan bahwa implan gigi dapat bertahan antara 10 hingga 20 tahun, bahkan lebih lama apabila dirawat dengan baik dan pasien memiliki kondisi kesehatan umum yang baik.
Baca Juga :Tennis Elbow Bukan Lagi Momok, Fikes Umsida Punya Solusinya!
6 Penyakit Gigi dan Mulut yang Sering Mengganggu
Sementara itu, gigi tiruan lepasan biasanya perlu diganti setiap 5–10 tahun. Ini disebabkan oleh perubahan struktur tulang dan jaringan mulut yang mempengaruhi kecocokan gigi tiruan. Gigi tiruan cekat jembatan juga memiliki masa pakai sekitar 5–15 tahun, tergantung pada tingkat perawatan dan kondisi rongga mulut pasien.
Dengan demikian, dari perspektif ketahanan jangka panjang, implan gigi menawarkan investasi yang lebih stabil dan menguntungkan.
Kenyamanan Penggunaan Sehari-hari: Implan Memberi Pengalaman Seperti Gigi Asli
Tingkat kenyamanan juga menjadi salah satu faktor penting dalam memilih solusi pengganti gigi. Menurut drg. Reni, implan gigi jauh lebih nyaman dibandingkan gigi tiruan. Implan tidak bergeser saat makan atau berbicara, terasa alami seperti gigi asli, dan tidak memerlukan penggunaan perekat tambahan.
Sebaliknya, penggunaan gigi tiruan, khususnya yang lepasan, sering kali membutuhkan waktu adaptasi. Pasien mungkin mengalami ketidakstabilan, kesulitan bicara, hingga ketidaknyamanan, terutama jika struktur tulang rahang sudah menipis.
Dengan keunggulan ini, implan gigi menjadi pilihan utama bagi pasien yang mengutamakan kenyamanan dan kemudahan aktivitas sehari-hari.
Perbandingan Biaya: Investasi Awal vs Jangka Panjang

Secara biaya, implan gigi memang memerlukan investasi awal yang lebih tinggi dibandingkan gigi tiruan lainnya. Namun, jika dilihat dari perspektif jangka panjang, implan cenderung lebih ekonomis. Sebab, implan tidak perlu sering diganti, lebih tahan lama, dan tidak menyebabkan resorpsi tulang sebesar gigi tiruan.
Gigi tiruan lepasan memang lebih terjangkau secara biaya di awal. Akan tetapi, dalam perjalanannya, pasien akan mengeluarkan biaya tambahan untuk penggantian, relining, atau perbaikan berkala. Dengan demikian, bagi pasien yang memiliki kemampuan finansial memadai dan mengutamakan kenyamanan jangka panjang, implan gigi adalah pilihan terbaik.
Solusi untuk Pasien dengan Keterbatasan Biaya
drg Reni Puspa Daniati SpPros juga memberikan saran bagi pasien yang memiliki keterbatasan finansial.”pilihan pengganti gigi tidak semata-mata bergantung pada biaya, tetapi juga mempertimbangkan klasifikasi kehilangan gigi, kondisi tulang rahang, kesehatan umum, estetika, serta harapan pasien itu sendiri” ujar beliau.
Salah satu alternatif adalah melalui pendekatan bertahap. Misalnya, pasien dapat memulai dengan menggunakan gigi tiruan lepasan terlebih dahulu, lalu beralih ke implan gigi ketika kondisi kesehatan dan finansial sudah memungkinkan.
Diskusi terbuka dengan dokter gigi spesialis sangat penting untuk menentukan solusi terbaik yang tetap aman, nyaman, dan sesuai dengan kebutuhan individu.
Penulis : Elfira Armilia