Dosen FKG UMSIDA Ajarkan Kebiasaan Menyikat Gigi Sejak Usia Dini

Fkg.umsida.ac.id – Sejumlah mahasiswa datang bukan sekadar menghibur, tetapi memberikan edukasi pentingnya menyikat gigi adalah fondasi hidup sehat, dan semuanya dimulai dari usia dini.

mahasiswa tersebut sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN)  yang berasal dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo hadir bersama alat peraga gigi besar dan sikat gigi berwarna-warni di di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah, Desa Kalitengah ( Jumat,26/06/24).

Penelitian yang dilakukan oleh drg Anis Khoirin Hayati MKes, dosen Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), membuktikan bahwa edukasi kesehatan gigi yang menyenangkan dapat meningkatkan pemahaman anak-anak tentang pentingnya menyikat gigi.

Namun, sejauh mana pemahaman itu berubah menjadi kebiasaan yang melekat dan bertahan? Inilah pertanyaan penting yang layak untuk digali lebih dalam.

Edukasi yang Menyenangkan Tapi Belum Menyeluruh

Program edukasi yang digagas oleh drg Anis bersama tim KKN menggunakan pendekatan aktif dan interaktif. Anak-anak tidak hanya mendengar ceramah, tetapi juga melihat langsung praktik menyikat gigi melalui alat peraga, lalu melakukannya sendiri.

Mereka diajak menyikat gigi dengan benar, memahami makanan yang baik dan buruk bagi gigi, bahkan diberi hadiah menarik seperti sikat gigi karakter.

Respons anak-anak sangat antusias. Dari data yang dihimpun dalam jurnal tersebut, pengetahuan anak tentang pentingnya menyikat gigi meningkat dari 40% menjadi 85% setelah kegiatan berlangsung.

Namun, apakah peningkatan itu cukup menjadi tolok ukur keberhasilan jangka panjang?Masih banyak pertanyaan terbuka. Apakah anak-anak tetap menyikat gigi secara benar satu bulan setelahnya?

Apakah orang tua meneruskan edukasi ini di rumah? Apakah guru mempraktikkannya setiap pagi sebelum kelas dimulai? Jika tidak, edukasi hanya akan menjadi momen sesaat yang mudah terlupakan.

Baca Juga: Ajak Melek Literasi Keamanan Pangan, Warek 1 Umsida Andil di Pendampingan PSAT

Menjadi Kebiasaan atau Sekadar Kegiatan Satu Hari

Sumber: Pinterest

Satu jam kegiatan edukasi bisa menyentuh kesadaran, tapi membentuk kebiasaan memerlukan waktu, pengulangan, dan dukungan lingkungan. Anak-anak usia TK sedang berada pada masa emas pembentukan karakter dan rutinitas. Menyikat gigi dua kali sehari, misalnya, membutuhkan bimbingan rutin dari guru dan orang tua secara konsisten, bukan hanya saat ada program KKN.

Melalui pengamatan yang dilakukan dalam program ini, mahasiswa bahkan menemukan bahwa banyak anak kesulitan mengingat arah menyikat yang benar atau belum terbiasa menyikat dua kali sehari. Beberapa anak perlu bimbingan individual. Ini menunjukkan bahwa edukasi sekali saja belum cukup.

Diperlukan evaluasi jangka menengah, misalnya satu atau tiga bulan pasca-kegiatan, untuk mengetahui apakah pemahaman itu sudah berubah menjadi kebiasaan.

Peran Orang Tua dan Guru dalam Memperpanjang Dampak Menyikat Gigi

Sumber: Pinterest

Dalam konteks ini, keberlanjutan edukasi tidak dapat hanya dibebankan pada penyuluhan awal. Orang tua dan guru memiliki peran penting untuk memperpanjang dampak positif dari program. Kegiatan menyikat gigi bersama setiap pagi di sekolah, misalnya, dapat menjadi langkah nyata untuk menjaga kontinuitas praktik yang telah diajarkan.

Penelitian lanjutan yang dilakukan oleh FKG Umsida ke depan dapat fokus pada pola keterlibatan orang tua dan guru, serta strategi monitoring yang efektif. Apakah anak yang mendapatkan penguatan di rumah dan sekolah lebih konsisten menjaga kebersihan gigi dibandingkan yang tidak?

Siklus edukasi semacam ini harusnya menjadi bagian dari program rutin, bukan insidental. Sebab, perubahan perilaku bukan hasil dari satu kali penyuluhan, melainkan dari sistem yang mendukung pembiasaan dalam keseharian.

Lihat Juga: Peran SKP dalam Penguatan Pengabdian Masyarakat oleh Dosen FKG Umsida

Dari Sekolah ke Rumah Menyebarkan Kesadaran Kolektif

Program yang dilaksanakan oleh drg. Anis Khoirin Hayati dan tim mahasiswa KKN menunjukkan bahwa pendekatan edukatif yang menyenangkan bisa menjadi pintu masuk efektif untuk mengubah pemahaman anak. Namun, tantangan berikutnya adalah membangun sistem yang memungkinkan perubahan itu bertahan dan menjalar ke rumah-rumah.

Apabila setiap sekolah melanjutkan edukasi ini secara konsisten, dan orang tua mengambil peran aktif di rumah, maka kita tidak hanya menyelamatkan gigi anak-anak, tapi juga menanamkan kesadaran kolektif tentang pentingnya hidup sehat. Gigi yang bersih bukan hanya soal estetika, tapi juga kualitas hidup.

Menanamkan kebiasaan menyikat gigi sejak usia dini adalah investasi kesehatan masa depan. Dan seperti kata pepatah, mencegah lebih baik daripada mengobati. Maka, mari kita mulai dari hal sederhana: menggosok gigi bersama anak-anak, setiap pagi dan malam, tanpa terlewat.

Penulis: Elfira Armilia