fkg.umsida.ac.id -Masalah pada susunan gigi sering kali kurang mendapatkan perhatian yang semestinya.
Padahal, kondisi maloklusi atau ketidakteraturan susunan gigi pada gigi rahang atas dan rahang bawah sangat mempengaruhi pada saat mengunyah, menelan, bernafas, berbicara, rest position dan mengatup (oklusi sentris) hingga ekspresi wajah (tersenyum dan tertawa).
Dalam sebuah kesempatan, drg Lila Muntadir SpOrt, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), menjelaskan secara komprehensif mengenai apa itu maloklusi, faktor penyebabnya, serta upaya perawatan serta solusi yang tepat untuk mengoreksi kelainan tersebut.
Apa Itu Maloklusi?

Menurut buku ajar yang ditulis oleh drg Lila Muntadir SpOrt, maloklusi merupakan kelainan hubungan antara rahang atas dan rahang bawah, atau ketidakteraturan posisi gigi saat gigi-gigi berada dalam kondisi oklusi (menutup).
Secara umum, maloklusi dapat diartikan sebagai ketidakteraturan susunan gigi, yang tidak hanya berdampak pada estetika wajah, juga berpotensi menimbulkan gangguan pada fungsi sistem stomatognatik (sistem pengunyahan), dan artikulasi bicara, estetika wajah, hingga kesehatan psikologis dan kepercayaan diri seseorang.
Maloklusi dapat menimbulkan nyeri orofasial yang dapat menjalar ke leher, bahu, hingga kepala, dan bila tidak ditangani secara tepat, maloklusi juga dapat memengaruhi kesehatan gigi dan jaringan pendukung, seperti menyebabkan keausan gigi yang tidak merata atau meningkatkan risiko penyakit periodontal.
Oleh karena itu, pemahaman terhadap kondisi maloklusi menjadi langkah penting dalam upaya pencegahan, deteksi dini, dan perencanaan perawatan ortodontik yang sesuai. Konsultasi dengan dokter gigi spesialis ortodonti sangat dianjurkan untuk menentukan kebutuhan serta waktu yang tepat dalam melakukan intervensi.
Penyebab Maloklusi

Maloklusi dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang memengaruhi perkembangan gigi, rahang, dan struktur wajah. Berikut adalah penyebab utama maloklusi:
- Faktor Genetik (Keturunan)
- Bentuk dan ukuran rahang yang diwariskan: Jika salah satu atau kedua orang tua memiliki rahang kecil dengan gigi besar, bisa terjadi crowding (gigi berjejal).
- Keturunan maloklusi: Overbite, underbite, dan open bite sering kali diturunkan dalam keluarga.
- Kondisi bawaan: Kelainan seperti celah langit-langit (cleft palate) dapat menyebabkan maloklusi.
- Faktor Lingkungan dan Kebiasaan Buruk
- Menghisap jempol atau dot berlebihan: Kebiasaan ini setelah usia 3 tahun dapat menyebabkan open bite atau overjet.
- Penggunaan botol susu yang berkepanjangan: Dapat mempengaruhi pertumbuhan gigi dan rahang.
- Mendorong lidah ke depan (tongue thrusting): Menyebabkan open bite dan masalah gigitan depan.
- Menggigit kuku atau benda keras: Bisa menggeser posisi gigi.
- Faktor Fungsional
- Masalah pernapasan kronis: Pernapasan melalui mulut (karena adenoid besar, alergi, atau hidung tersumbat) memengaruhi pertumbuhan rahang.
- Gangguan menelan: Pola menelan yang tidak normal dapat memengaruhi posisi gigi.
- Faktor Trauma dan Cedera
- Cedera pada wajah atau rahang: Dapat menyebabkan pergeseran posisi rahang dan maloklusi.
- Gigi yang patah atau hilang: Jika tidak segera diganti, gigi lain bisa bergeser ke ruang kosong.
- Faktor Pertumbuhan Abnormal
- Pertumbuhan rahang yang tidak seimbang: Salah satu rahang tumbuh lebih cepat dari yang lain.
- Kelainan perkembangan tulang wajah: Bisa disebabkan oleh gangguan hormon atau kelainan pertumbuhan.
- Faktor Iatrogenik (Akibat Tindakan Medis)
- Tambalan gigi yang tidak sesuai: Dapat mengganggu hubungan gigi atas dan bawah.
- Pencabutan gigi permanen tanpa perencanaan ortodonti: Bisa menyebabkan pergeseran gigi.
- Faktor Patologis
- Tumor atau kista di rahang: Dapat mendorong atau menggeser gigi dari posisi normalnya.
- Infeksi pada gigi atau rahang: Bisa memengaruhi pertumbuhan dan posisi gigi.
Lihat Juga : Bahaya Radang Gusi Tak Diobati Bisa Picu Penyakit Jantung dan Paru-paru
Baca Juga : DigiCulTour 2025: Strategi Bisnis Digital Umsida Gaet Mitra ASEAN
Pentingnya Edukasi Tentang Maloklusi
Sebagai dekan FKG Umsida, drg Lila Muntadir SpOrt menegaskan bahwa “edukasi masyarakat mengenai maloklusi perlu terus digalakkan. Hingga kini, masih banyak masyarakat yang belum memahami dampak jangka panjang dari ketidakteraturan susunan gigi, padahal kondisi ini dapat memengaruhi kualitas hidup secara menyeluruh, baik dari segi fungsi pengunyahan, kenyamanan berbicara, hingga kepercayaan diri,”ujar beliau.
Melalui berbagai program pengabdian masyarakat dan edukasi berkelanjutan, FKG Umsida berkomitmen untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut. Salah satu misi utama fakultas adalah mempersiapkan tenaga dokter gigi yang profesional dan kompeten di bidang ortodonsi, agar mampu memberikan pelayanan yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Penulis : Elfira Armilia