Fkg.umsida.ac.id – Banyak orang tua belum menyadari bahwa kebiasaan kecil yang terlihat sepele pada anak-anak bisa berdampak besar pada kesehatan gigi dan mulut mereka.
Pendapat drg Wanda Karisma D SpKGA dosen Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), menyebutkan secara mendalam tentang oral habit atau kebiasaan buruk mulut yang sering dijumpai pada anak.
Dalam pemaparannya, dokter gigi spesialis kedokteran gigi anak menyebutkan bahwa oral habit adalah perilaku spontan dan berulang pada rongga mulut yang dilakukan secara tidak normal.
Jika dibiarkan, kebiasaan tersebut dapat mengganggu fungsi hingga pertumbuhan struktur rongga mulut anak.
Baca Juga :Fakultas Kedokteran Lahir Beriringan, UMMAT Berkunjung ke Umsida
Kebiasaan Buruk Mulut yang Sering Terjadi pada Anak
Menurut drg. Wanda, terdapat empat jenis oral habit yang umum ditemui: menghisap jempol (thumb sucking), bernapas melalui mulut (mouth breathing), menggemeretakkan gigi saat tidur (bruxism), dan kebiasaan menggigit bibir atau benda lainnya (lip biting).
“Secara alami, bayi memang suka menghisap jempol sejak dalam kandungan. Tapi kebiasaan ini idealnya berhenti di usia 6-7 bulan, atau paling lambat 2 hingga 4 tahun,” jelasnya.
Sayangnya, tak sedikit anak yang masih mempertahankan aktivitas menghisap jempol hingga usia di atas 3 tahun.
Padahal, jika tidak segera dihentikan, dapat menyebabkan kelainan struktur rahang seperti rahang atas maju, lengkung rahang menyempit, hingga terjadinya gigitan terbuka.
“Kondisi ini jika berlanjut bisa memengaruhi tumbuh kembang gigi tetap anak. Intervensi perlu dilakukan sejak dini agar tidak berdampak pada bentuk wajah dan fungsi kunyahnya,” imbuh drg. Wanda.
Bernapas Lewat Mulut? Waspadai Gangguan Pernapasan
Mouth breathing atau bernapas melalui mulut juga tak boleh disepelekan. Dalam paparannya, drg. Wanda menyebutkan bahwa anak yang tidur dengan mulut terbuka, mendengkur, atau bernapas dengan suara kasar perlu diwaspadai.
“Mouth breathing bukan hanya kebiasaan, tapi bisa mengindikasikan gangguan saluran napas seperti polip, amandel besar, atau alergi. Anak juga bisa mengalaminya karena faktor kebiasaan,” jelasnya.
Jika terus dibiarkan, aktivitas ini dapat menghambat pertumbuhan wajah dan menyebabkan gangguan pada susunan gigi dan rahang.
Oleh karena itu, penting dilakukan deteksi dini serta terapi latihan pernapasan, menghilangkan penyebab utama, hingga penggunaan alat bantu jika diperlukan.
Ancaman Tersembunyi bagi Kesehatan Gigi Anak
Bruxism atau aktivitas menggesekkan gigi atas dan bawah saat tidur juga menjadi perhatian utama. Anak yang mengalami bruxism biasanya terdengar suara gemeretak saat tidur, mengalami nyeri rahang saat bangun tidur, hingga enamel giginya menjadi aus.
“Bruxism bisa disebabkan oleh stres, kurang nutrisi, alergi, atau faktor anatomi seperti ukuran rahang yang tidak seimbang,” jelasnya.
Untuk mengatasinya, drg. Wanda menyarankan pendekatan relaksasi seperti mengompres hangat area pipi, memakai pelindung gigi (night guard), dan membiasakan anak menggigit makanan keras seperti wortel sebelum tidur agar otot rahangnya lelah.
Sementara itu, aktivitas menggigit atau menghisap bibir, kuku, maupun benda lain juga berdampak buruk. “Gigi atas bisa maju dan gigi bawah berdesakan akibat tekanan yang terus-menerus dari kebiasaan menggigit bibir,” ungkapnya.
Peran Orang Tua Sangat Penting dalam Menghentikan Oral Habit
drg. Wanda menekankan bahwa kesadaran dan peran orang tua sangat besar dalam mendeteksi dan menghentikan aktivitas buruk ini. “Biasanya orang tua baru sadar ketika bentuk gigi anak mulai terlihat tidak rapi, padahal pencegahan bisa dilakukan lebih awal,” ujarnya.
Edukasi sejak dini menjadi salah satu langkah penting dalam menjaga kesehatan gigi anak.
Tidak hanya menjaga kebersihan gigi, namun juga memperhatikan aktivitas yang setiap hari dilakukan anak, terutama saat tidur atau sedang merasa stres.
Beliau juga menyarankan agar orang tua tidak menggunakan pendekatan keras, melainkan membangun komunikasi dan pengertian dengan anak secara perlahan agar mereka bisa melepaskan kebiasaannya dengan kesadaran sendiri.
Lihat Juga : Dosen Umsida Perawatan Maloklusi Kelas III yang Efektif dan Minim Invasif
Pentingnya Edukasi Kesehatan Gigi Anak
Dengan semakin banyaknya kasus maloklusi atau kelainan susunan gigi pada anak, edukasi tentang oral habit menjadi kebutuhan mendesak.
Melalui edukasi seperti yang diberikan drg. Wanda, diharapkan orang tua bisa lebih cepat mengambil tindakan pencegahan.
“Cegah sebelum terlambat. Jangan tunggu sampai anak harus pakai behel di usia dini. Edukasi dan intervensi dini jauh lebih mudah dan efektif,” uangkapnya.
Penulis : Elfira Armilia